Snow

Burung

Anime Text

Twitter

Cursor

Rabu, 10 November 2010

ARYA BELOG

DALAM sebuah diskusi babad di Jakarta, saya mendapat pertanyaan begini: "Apakah Arya Belog itu sama dengan Arya Tan Wikan? Kalau sama, kenapa namanya berbeda".
Saya menjawabnya dengan enteng saja. Arya Belog tentu saja sama dengan Arya Tan Wikan, karena pengertian kata itu juga sama, "belog" dan "tan wikan" hanyalah penghalusan dalam bahasa Bali, yang artinya bodoh. Masalahnya kenapa ada penghalusan bahasa? Itu berkaitan dengan penghormatan kepada seorang tokoh, bagaimana keterikatan batin seseorang terhadap tokoh itu. Penghormatan ini juga dipengaruhi oleh budaya lokal, kebiasaan tata pergaulan setempat. Sama dengan penghormatan untuk seorang ayah. Ada beberapa sebutan: nanang, bapa, guru, aji. Dalam bahasa Indonesia pun begitu, ada yang menyebutnya: ayah, bapak, papa, babe, bokap.
Kepada peserta diskusi, saya justru balik mengajukan pertanyaan: "Apakah Anda yakin Arya Belog atau Arya Tan Wikan itu, memang nama sebenarnya?" Saya kemudian menjelaskan, bagaimana babad itu harus dibaca dan dipahami. Di masa lalu, seorang tokoh yang datang ke suatu tempat sering "tidak bernama". Bisa karena tokoh itu tak ingin mengagungkan namanya, bisa pula karena masyarakat setempat tak peduli dengan namanya. Karena tokoh itu kemudian berjasa, baru belakangan diberikan nama oleh para pengikutnya dengan beberapa variasi. Ada nama karena julukan, ada nama karena wilayah menetap, ada nama karena keturunan. Danghyang Nirartha di daerah lain disebut Pandita Sakti Wawu Rawuh, karena para pengikutnya sama sekali tak peduli dengan nama beliau. Beliau datang sebagai pendeta dan berjasa mengobati banyak orang, masyarakat memberikan julukan "pendeta sakti yang baru datang".
***

Senin, 08 November 2010

''Krama'' Subak Kaba-kaba ''Nangluk Merana''

Serangan tikus belangan terus meluas dan merugikan petani di Kabupaten Tabanan. Di Desa Kaba-kaba Kecamatan Kediri, segala upaya sekala telah dilakukan, namun tidak kunjung berhasil. Maka, krama sawah (pekaseh dan subak), menggelar upacara nnangluk merana.

PENGLINGSIR Puri Gede Kaba-kaba, A.A. Ngurah Gede Surya Buana, Senin (26/7) kemarin, menjelaskan langkah pekaseh (Gusti Ngurah Rai Sadia dan Pan Liong) bersama sejumlah anggota subak lainnya, nangkil ke Puri Gede Kaba-kaba guna menyampaikan rencana tersebut.

Minggu, 07 November 2010

ENAM TOKOH SUCI YANG BERPENGARUH DALAM PERKEMBANGAN HINDU DI BALI

Agama Hindu di Bali tampak sangat berbeda dengan Hindu di Luar Bali, secara filsafat Hindu di Bali memang tidak berbeda dengan Hindu di luar Bali yaitu mendasarkan diri pada Panca Sraddha:
  1.  Percaya dengan adanya Tuhan
  2. Percaya dengan adanya Ataman/Roh
  3. Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala
  4. Percaya dengan adanya Reinkarnasi
  5. Percaya dengan adanya Moksa/Nirvana
 Secara ritual yang bisa kita lihat sehari-hari umat Hindu di Bali sungguh sangat unik, siapakah yang berperan dalam keunikan ini? berikut sekelumit penjelasan tentang perkembangan Hindu di Bali, semoga bisa menambah wawasan kita bersama. Dan bisa kita gunakan sebagai dasar panutan dalam melangkah sehingga bisa mewujudkan kedamaian di hati, di dunia dan dimanapun…